Pangeran Antasari adalah seorang pahlawan nasional dari bumi Borneo, tepatnya dari Kalimantan Selatan, Indonesia. Ia terkenal karena memimpin perlawanan terhadap penjajahan Belanda pada abad ke-19 yang dikenal dengan peristiwa Perang Banjar.
Berikut ini adalah riwayat hidup Pangeran Antasari.
Biografi Pangeran Antasari
Pangeran Antasari lahir pada tanggal tahun Slot777 1797 di Kayu Tangi, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Nama aslinya Gusti Inu Kartapati. Ayahnya adalah Pangeran Masohut dan ibunya bernama Goesti Hadjiah. Ia lahir di tengah pertentangan dua keluarga yang merebutkan tahta Banjar.
Namun tak seperti anak bangsawan pada umumnya, Antasari sejak kecil telah dirundung kemalangan akibat pertikaian keluarga besarnya. Antara keluarga besar dari pihak ayah dan ibunya sebenarnya saling merebutkan kekuasaan di Banjar yang berakhir dengan perang saudara di antara keduanya.
Keluarga ayahnya, Pangeran Masohut, berada di kelompok yang kalah. Saudaranya hingga orang tuanya telah dibunuh oleh pihak yang berkuasa. Karenanya, Pangeran Antasari terbuang dari istana, tumbuh di tengah masyarakat biasa. Sebagai rakyat jelata, ia membanting tulang untuk memenuhi kehidupan keluarganya.
Kondisi hidup demikian ini justru membentuk pribadi Antasari sebagai orang berwatak keras dan tak kenal menyerah yang tercermin dalam riwayat perlawanannya.
Riwayat Perlawanan
Pada tahun 1859, Belanda melakukan tindakan represif dan penindasan terhadap rakyat Banjar, termasuk memaksakan pajak yang berat. Pangeran Antasari memimpin perlawanan terhadap penindasan ini dan memobilisasi pasukan untuk melawan Belanda. Perlawanan ini dikenal sebagai Perang Banjar atau Perang Antasari.
Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Antasari. Perlawanan dimulai dari tahun 1859 dan benar-benar berakhir pada tahun 1925. Dalam peperangan yang berlangsung dahsyat, Pangeran Antasari bersama pasukannya berhasil menguasai beberapa wilayah dari tangan Belanda.
Lokasi pertama yang diserang adalah lokasi pertambangan di kawasan Gunung Jabuk, dan berhasil menguasai pertambangan batu bara di Pengaron. Antasari kemudian semakin memperluas kawasan kekuasaannya untuk melawan pasukan-pasukan Belanda lainnya.
Baca Juga : Oto Iskandar Di Nata, Kehidupan Perjuangan Melawan Belanda
Pasukan Pangeran Antasari sempat mengalami keterdesakan setelah Belanda menyerang kawasan Martapura yang membuat ia dan pasukannya mundur ke Benua Lima. Tahun 1860, Pangeran Antasari bertolak ke Muara Teweh, disana ia sempat merayu Kutai untuk turut melawan Belanda, sayangnya ditolak.
Di Lontotuor, sebuah kapal Belanda bernama Onrust dikuasasi oleh kelompok Antasari dan seluruh awak kapalnya dibunuh. Gelagat Pangeran Antasari semakin menyulut kemarahan orang-orang Belanda yang kemudian menyelenggarakan sayembara. Belanda menjanjikan kepada siapa pun yang dapat membawa kepala Antasari, akan diberi 5000 – 10000 gulden.
Rayuan bagi masyarakat Banjar agar berkhianat ternyata tidak ampuh, kawanan prajurit di bawah Antasari rupanya setia. Dalam peperangan tersebut, Antasari tidak mampu dibunuh Belanda hingga akhir hayatnya.
Meninggalnya Pangeran Antasari
Riwayat kematian Antasari menurut buku Pangeran Antasari terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 1993, ketika wabah cacar menyerang. Ia meninggal ketika adanya serangan wabah cacar yang banyak menjangkit para prajuritnya, termasuk ia juga meninggal dunia pada 11 Oktober 1862.
Sebelum meninggal, Pangeran Antasari berpesan kepada keturunannya untuk meneruskan perjuangan melawan kolonial Belanda. Pangeran Antasari dimakamkan di Taman Makam Perang Banjar, Banjarmasin Utara. pada tanggal 27 Maret 1968, ia kemudian digelari sebagai Pahlawan Indonesia.