Tidak pernah terjadi sebelumnya, kita dapat mengakses data real-time perang, misalnya operasi militer khusus Rusia di Ukraina, sejak 24 Februari 2022 hingga hari-hari ini. Tiap detik dan menit per hari, image, video, file audio, data Google Maps, dan image satelit resolusi tinggi tersebar melalui media sosial di seluruh dunia tentang perang di Ukraina kini.
Dunia memasuki era privatisasi antariksa yang berdampak pada hankam negara. Kini meningkat peran dan penggunaan remote-sensing (indera-jarak-jauh) antariksa komersial untuk keamanan negara. Kira-kira dua dekade terakhir, kita saksikan kemajuan pesat inovasi indera jarak jauh antariksa komersial.
Inovasi teknologi usaha swasta antariksa seperti Planet, SpaceX, Capella Space, misalnya mengubah metode kerja dan akuntabilitas aparat hankam negara dan keamanan dunia melalui pasokan gambar resolusi tinggi di Bumi (wilayah negara). Sekitar 200 satelit konstelasi PlanetScope merekam (scan) resolusi tinggi tiap hari seluruh permukaan Bumi.
Teknologi Yang Di Usung
Contents
Konstelasi 21 satelit dari SkySat merekam image rinci permukaan Bumi hingga skala 50 cm sebanyak 10 kali per hari. Natasha Bajema menulis, paduan dua jenis image satelit dari perusahan swasta Planet itu memudahkan pengguna memantau perubahan-perubahan seluruh permukaan Bumi dan zoom pada titik-titik tertentu sesuai kebutuhan pengguna.
Perusahan antariksa swasta Capella Space menyediakan keunggulan sensor-sensor synthetic aperture radar (SAR) siang-malam untuk segala cuaca (awan, asap, hujan) seluruh Bumi. Kira-kira lima tahun silam, jenis sensor SAR semacam ini hanya diakses oleh intelijen negara.
Namun, kini Capella Space menyediakan akses komersial lebih luas ke image SAR dengan resolusi darat 50 cm guna pengenalan ciri-ciri khusus dan karakter obyek-obyek di darat. Analisa data berbasis AI (Artificial Intelligence) memandu pengguna mendeteksi kegiatan-kegiatan tertentu dari negara-negara atau orang per orang di seluruh dunia.
Jeff J Smith (2011) asal Webster University (AS) merilis judul kajian: “Could Air Force Space Command (AFSPC) benefit from commercial space companies like SpaceX, XCOR, Virgin Galactic, and Bigelow Aerospace”. Smith memperkirakan, jika AFSCP AS meraih nilai strategis dari perusahan antariksa swasta, maka kemajuan perusahan antariksa swasta memperkuat hankam AS. Sebab SpaceX, XCOR, Virgin Galactic, dan Bigelow Aerospace memiliki empat keunggulan: efisiensi, inovasi, hemat-biaya (cost-saving), dan akses antariksa.
Jaringan Yang Di Sediakan
Pilihan bagi pemerintah dan rakyat, khususnya aparat hankam dan jaringan intelijen negara tentu bukan hanya melihat empat keunggulan tersebut di atas; tetapi, apakah teknologi antariksa swasta (khususnya asing) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Singkatnya, apakah teknologi antariksa (asing) dapat mewujudkan nilai-nilai universal dan asli Pancasila serta menciptakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai amanat alinea 4 Pembukaan UUD 1945.
Teknologi dan misi Elon Musk
Pada 14 Mei 2022, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertemu Elon Reeve Musk di Kantor SpaceX, Boca Chica, Texas, Amerika Serikat (AS). Elon Musk adalah pendiri usaha dirgantara SpaceX (Space Exploration Technologies Corporation) dan co-founder industri mobil listrik Tesla Motors (Tesla Inc). Dia memiliki harta pribadi senilai 265 miliar dollar AS per Mei 2022. Sekilas pertemuan ini seakan merajut peluang aliran investasi, teknologi, dan inovasi SpaceX ke zona Indonesia.
Awal abad 21, Elon Musk merajut paduan teknologi dan sumber-sumber daya ke dalam SpaceX guna mewujudkan satu visi jangka panjang: kolonisasi planet Mars atau manusia menjadi spesies-spesies huni multiplanet. Maka SpaceX membangun manufaktur prototipe perdana Starship tahun 2019 pada fasilitas perusahan (Starbase) ini di Boca Chica, Texas, AS. SpaceX menciptakan Starship berbasis prinsip-prinsip desain iretatif -bangun dan uji beberapa prototipe pada satu fast pace (Eric, 2020;2021). Penerbangan suborbital dan pendaratan perdana prototipe Starship berhasil pada Mei 2021.
Selama ini, lazimnya satu peluncur satelit hanya sekali penggunaan. Inovasi SpaceX menghasilkan teknologi peluncur satelit yang dapat dipakai lagi (reusable launch vehicle) melalui perbaikan dan penggunaan lagi tahap inti teknologi peluncur-peluncur Falcon 9.
Peluncuran Satelit Dan Teknologinya
SpaceX menyediakan teknologi murah atau akses murah ke antariksa. Tren teknologi SpaceX itu akhirnya mengusik monopoli transportasi awak pesawat antariksa Soyuz milik Rusia. Tahun 2008, AS membayar 22 juta dollar per seat ke Soyuz.
Harga itu menjadi 81 juta dollar AS per seat tahun 2018. Kenaikan harga itu setara 370 persen dalam 10 tahun (Mosher, 2016). Badan antariksa AS, NASA, menghitung harga kira-kira 58 juta dollar AS per seat (Harwood, 2016). Sedangkan SpaceX dari Elon Musk menawarkan biaya tansportasi antariksa dan harga per seat lebih murah ke Mars (Dillow, 2017).
SpaceX mengembangkan pesawat ruang angkasa Dragon untuk kargo transportasi ke International Space Station (ISS). Asumsinya, kesamaan sistem teknologi dan metode reusability menekan biaya transportasi antariksa. Misalnya, kendaraan peluncur Falcon 9 memakai mesin Merlin (mesin generator gas kerosene) yang sama (9 pada tahap inti dan 1 tahap kedua), dan menaikkan kekuatan paduan aluminium-lithium (SpaceX, 2017). Inovasi teknologi SpaceX itu mengusik monopoli ULA (United Launch Alliance) -perusahan patungan Lockheed Martin dan Boeing, di sektor peluncuran satelit komersil di AS.
Selama ini, pelanggan utama teknologi ULA ialah Pentagon, Departemen Pertahanan AS dan komunitas intelijen. Harga bukan soal, jika teknologinya sangat handal. Maka US Air Force (USAF/Angkatan Udara AS) misalnya memperkirakan harga satu unit peluncuran roket dari ULA mencapai 422 juta dollar AS tahun 2020. Tahun 2015, USAF menyertifikasi SpaceX sehingga mendapat kontrak peluncuran satelit GPS III ke-2 tahun 2016. SpaceX menawarkan harga lebih murah ke USAF.
Privatisasi hankam negara
SpaceX mengemban misi keamanan nasional AS yang menandai lonjakan privatisasi hankam AS. SpaceX meningkatkan matriks reliabilitas teknologi. Tahun 2005, SpaceX mendapat kontrak Indefinite Delivery/Indefinite Quantity (IDIQ). USAF membeli peluncuran SpaceX seharga 100 juta dollar AS.
Tahun 2016, NASA memberi kontrak IDIQ Launch Services senilai satu miliar dollar AS ke SpaceX. Desember 2012, SpaceX mendapat dua kontrak peluncuran dari Pentagon; The United States Air Force Space and Missile Systems Center memberi dua misi (Deep Space Climate Observatory (DSCOVR) melalui Falcon 9 tahun 2015 dan Space Test Program 2 (STP-2) melalui Falcon Heavy tahun 2019) ke SpaceX.
April 2016, USAF memberi peluncuran satelit GPS 3 ke-2 untuk keamanan nasional AS senilai 82,7 juta dollar AS ke SpaceX. Harganya kira-kira 40 persen lebih murah dari misi serupa sebelumnya (Klotz, 2016). Februari 2019, SpaceX mendapat kontrak peluncuran tiga misi keamanan nasional AS dari USAF seharga 297 juta dollar AS (Sandra, 2019). Agustus 2020, US Space Force memberi kontrak National Security Space Launch (NSSL) senilai 316 juta dollar AS ke SpaceX (Jackie, 2020).
Banyak ahli berbagai negara sudah meneliti model teknologi SpaceX. Bahkan riset Buursink (1998) menemukan bahwa penggunaan kembali tahap inti kendaraan peluncuran roket Ariane 5 dari Arianespace asal Perancis, menghemat sekitar 8,5 juta dollar per satu perbangan antariksa. Namun, menurut Waldron (2016), biaya peluncuran roket Ariane 5 berkisar 165-220 juta dollar AS di pasar internasional. Maka hemat sebesar 8,5 juta dollar AS masih tidak kompetitif dengan harga peluncuran dari SpaceX.
Tahun 2016, Tiongkok mulai meneliti sistem tansportasi antariksa berbasis konsep teknologi re-usability murah. Aerospace Science and Technology Corporation Tiongkok, misalnya, menemukan satu desain mesin roket re-usable bahkan hingga 50 kali (Perrett, 2016). Sejak 2016, Academy of Launch Vehicle Technology Tiongkok melalui sub-usaha komersialnya merancang peluncur suborbital re-usability (Shumei, 2016).
Tiongkok membuat eksperimen awal sistem pendaratan vertikal seperti SpaceX dan sistem parasut-airbag. Airbag memberi bantalan, jika pendaratan keras; sistem parasut memperlambat peluncuran ke zona pemulihan (Chen, 2017). Risikonya ialah lingkungan dan geografi. Militer Tiongkok giat mengembangkan pesawat antariksa Shenlong yang mirip pesawat antariksa militer American X-37B dari Pentagon (David, 2012).
Baca Juga : Jenis-Jenis Teknologi yang Wajib Dimiliki Perusahaan Pertambangan
India mengembangkan teknologi kendaraan peluncuran roket re-usability. SpaceX adalah inspirator. Ahli antariksa di Korea Selatan, misalnya, meneliti inovasi teknologi SpaceX sebagai rujukan pengembangan kendaraan peluncuran roket atau satelit (Keum-Oh Lee, 2019:72). Ahli asal Korea Selatan lainnya meneliti karakter aerodinamis sirip grid supersonik yang dipasang di Falcon 9 SpaceX. Misalnya, HyeongJin Lee, et al. (2020: 745) meneliti karakter aerodinamika penerbangan transonik atau supersonik Falcon 9 SpaceX.
Ahli asal Korea Selatan lainnya Keum-Oh Leem et al., (2021:101) khusus meneliti pembuatan kendaraan peluncuran SpaceX (Falcon 9 dan Falcon Heavy) yang menggunakan satu jenis mesin, transisi mesin kerosene ke mesin metana, dan penggunaan 3D printing.
Apa pelajaran berharga dari India, Tiongkok dan Korea Selatan? Negara-negara ini tidak menyerahkan langit di atas wilayahnya kepada operasi perusahan swasta asing. Pemerintah negara ini menciptakan teknologi hankam negara sendiri. Ahli-ahli antariksa negara-negara ini berupaya meneliti dan mengadopsi model teknologi dan inovasi SpaceX.
Kini SpaceX seakan sangat perkasa. Akhir Mei 2019, misalnya, SpaceX berhasil meluncurkan tahap pertama 60 satelit Starlink hingga total mencapai 400 satelit dengan target akhir 12.000 satelit (McDowell, 2020; 141; Howell, 2022). Mei 2021, SpaceX telah meluncurkan 1.737 satelit Starlink, konstelasi satelit Internet.
Jasa internet itu menggunakan 4.425 satelit komunikasi pada orbit 1.100 km (De Sedling, 2015). Begitulah mimpi kolonisasi Mars dari SpaceX (De Selding, 2015). Namun, pesan Antonino Salmeri (2020:26) sangat jelas: “No, Mars is not a free planet, no matter what SpaceX says!” Mars adalah zona damai.
Pesan Salmeri selaras dengan Outer Space Treaty (Resolusi 2222 (XX1) PBB, kerangka dasar hukum antariksa internasional. Prinsip pokoknya antara lain eksplorasi dan pemanfaatan antariksa untuk kepentingan umat manusia dan semua negara; antariksa tidak tunduk kepada perampasan oleh negara berdasarkan klaim kedaulatan, pendudukan fisik, atau cara-sarana lain; bulan dan benda langit lainnya hanya digunakan untuk perdamaian; tiap negara bertanggungjawab atas kegiatan antariksa nasional pemerintah maupun non-pemerintah (UN Office for Outer Space Affairs/UNOOSA, 2021).
Upaya privatisasi antariksa akhir-akhir ini perlu dicermati dan dicegah bahwa kendali tata-dunia dan antariksa hanya oleh satu atau dua negara atau beberapa negara melalui basis teknologi usaha-usaha swasta (non-negara). Ini tentu berisiko bagi pertahanan dan keamanan negara lain.